
Dari sekarang, pemilu yang insyaallah diselenggarakan tahun 2009 terhitung kurang 75 pekan lagi. Ibaratnya kalau kita mau punya HAJAT, maka perlu membuat perencanaan baik secara mental, material maupun juga financial supaya hajat tersebut bisa terlaksana dengan baik.
Pada hari ini, ijinkan saya sedikit bicara masalah politik yang sebenarnya juga tidak boleh dihindari. Karena kita harus memahami bahwa tarbiyah yang kita lakukan bersifat syamilah mutakamilah (menyeluruh). Pemilu adalah satu momentum untuk melihat dan mengukur sejauh mana pengaruh tarbiyah yang kita lakukan.
Sebagai salah satu bentuk perencanaan, kita harus mampu dan berani berMIMPI tentang harapan-harapan yang kita lambungkan untuk kemenangan dakwah di Pemilu 2009. Paling tidak ada 3 hal yang harus berani kita jadikan sebagai MIMPI kita, tentunya dengan melihat kondisi internal dan eksternal.
QA’IDAH SIYASIYAH, yaitu dakwah ini memiliki dukungan politik yang luas. Rakyat Indonesia tidak hanya simpati dan mendukung kita tetapi harus bisa menghantarkan sampai MEMILIH kita disetiap agenda politik yang kita gulirkan. Sehingga semakin hari bobot politik kita lebih kuat.
QA’IDAH SYA’BIYAH, yaitu dakwah ini harus memiliki basis sosial yang kuat. Proses interaksi dengan masyarakat merupakan keharusan dan mestinya bisa terjadi secara alami dan inheren dalam setiap diri kader. Sehingga semakin hari dakwah ini memiliki pengaruh ditengah-tengah masyarakat baik dalam hal pionir kebajikan, advokasi dsb.
QA’IDAH IQTISHODIYAH, yaitu dakwah ini harus memiliki dukungan dana yang banyak. Seringkali Allah menyebutkan HARTA itu dengan kata QAWWAMAH (=tulang punggung), yang artinya adalah sarana yang bisa menegakkan dakwah. Dan sebagai seorang da’i, kemandirian ekonomi adalah keharusan sehingga dakwah ini bisa tegak berdiri di muka bumi. Seperti halnya Imam Abu Hanifah yang berani meluruskan khalifah untuk berada di jalan kebenaran dan menolak sebagai Qadhi (saat itu Qadhi/Hakim hanya berfungsi sebagai tukang stempel Khilafah). Hal ini ditunjang oleh adanya kemandirian yang dimiliki sang Imam, terutama dalam hal financial.
Untuk merealisasikan mimpi tadi, perlu adanya ikhtiar yang kuat dari seluruh kader baik yang bersifat personal maupun struktural. Hal utama yang bisa kita lakukan adalah HAYAWIYATUL HARAKAH, yaitu membuat gerakan yang dinamis, aktif dan responsive. Untuk mewujudkan hayawiyatul harakah paling tidak ada 2 syarat yang harus dipenuhi :
MATANAH TANDHIMIYAH, yaitu terlaksananya struktur yang solid yang mampu menjadi gerbong yang siap melaju dengan kecepatan tinggi. Sehingga akan lahir system yang dinamis untuk merealisasikan program-program strategis bagi pemenangan dakwah.
ISTIQOMATUL MAKNAWIYAH, yaitu terwujudnya mentalitas kader yang kuat dan berkesinambungan. Perjuangan yang panjang membutuhkan stamina mentalitas yang baik sehingga mampu mamanggul amanah dakwah. Dan ini berkait erat dengan hubungan ruhiyah kita dengan Allah SWT.
Berikutnya, kita memang ada masalah dalam ”kuantitas” kader misalnya tapi jangan sampai mempengaruhi ”kualitas” dan ”kapasitas” kader. Maksudnya bahwa setiap kader memiliki kewajiban untuk meningkatkan kualitas & kapasitasnya baik yang bersifat dengan maknawiyah (hubungan dengan Allah), tsaqofah (wawasan) mupun amaliyah (landasan operasional).
Jadi, Pemilu 2009 seperti yang sering dikatakan Presiden Partai, Ir Tifatul Sembiring :
”......firasat saya, insyaallah suara PKS akan mencapai 20 %.......Allahu Akbar....”
Arai, dalam tokoh ”Sang Pemimpi” nya Mas Andrea Hirata sering mengatakan :
“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”
NB :
Disarikan dari ceramah Ustadz Ahmad Zainuddin (Ketua Bidang Pembinaan Kader DPP Partai Keadilan Sejahtera) dalam acara Silaturrahim Kader DPD PKS Kota Surabaya, Ahad, 11 Nopember 2007 di Gedung Wanita Surabaya. Oleh Mas Arif.
0 comments:
Posting Komentar