BUATLAH SYETAN KECELE!
(Mari Bercermin Dengan Ramadhan!-4)
(Mari Bercermin Dengan Ramadhan!-4)
Oleh : Ustadz Mudzoffar Jufri
Sebagaimana telah kita ketahui, salah satu keistimewaan khusus bulan suci Ramadhan adalah bahwa, selama Ramadhan, syetan-syetan pengganggu dan penggoda dirantai, dibelenggu dan dinonaktifkan oleh Allah Ta’ala. Ini merupakan salah satu rahmat dan karunia teristimewa dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, kaum mukminin, yang ingin meraih kemuliaan, kesempurnaan iman dan puncak taqwa yang merupakan salah satu tujuan utama dari ibadah puasa di bulan Ramadhan (QS Al-Baqarah : 183). Dan ini adalah momentum istimewa yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh setiap orang beriman untuk melakukan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) demi mencapai derajat keimanan, ketaqwaan dan kesalehan yang lebih tinggi.
Allah memang telah menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang paling kondusif bagi setiap orang beriman untuk menyucikan jiwanya dan menempa dirinya agar menjadi pribadi mukmin sejati. Berbagai faktor pendukung – untuk merealisasikan tujuan dan target tersebut – telah Allah sediakan dan berikan. Syetan-syetan pengganggu dan penggoda dinonaktifkan perannya dengan cara dirantai sekuat-kuatnya. Peluang-peluang kebaikan dan ketaatan dibuka selebar-lebarnya. Pintu-pintu kejahatan dan kemaksiatan disempitkan sesempit-sempitnya. Pahala-pahala amal dilipatgandakan sebanyak-banyaknya, sampai-sampai ada satu malam diantara malam-malam istimewa Ramadhan, yang disebut dengan lailatul qadr, yang keutamaan, fadhilah dan nilainya mengungguli seribu bulan (QS Al-Qadr : 1 – 5).
Ramadhan adalah bulan limpahan rahmat, curahan maghfirah (pengampunan) dan peluang khusus pembebasan diri dari api Neraka. Selama Ramadhan, doa-doa dikabulkan, munajat orang-orang beriman didengar oleh Allah Ta’ala. Taubat dan istighfar hamba-hamba pendosa diterima oleh Dzat Yang Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Maka, selama Ramadhan, dosa-dosa pun berguguran, kecuali bagi orang-orang pongah dan angkuh yang memang ‘tidak ingin’ dosa-dosanya digugurkan!
Ibadah-ibadah di bulan Ramadhan terasa demikian nikmat dan lezat. Maka semangat dan motivasi ibadah pun meningkat sangat mencolok, khususnya pada sepuluh malam terakhir. Dimana disunnahkan padanya ber-i’tikaf di masjid dengan berbagai rangkaian ibadah khususnya, sebagai salah satu upaya puncak menggapai taqwa! Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Maka ia merupakan momentum istimewa bagi upaya harmonisasi hubungan dan interaksi khusus dengan Kalamullah yang merupakan Nur dan Cahaya Penerang dalam jiwa, hati dan kehidupan kaum mukminin.
Ramadhan juga merupakan bulan infaq dan shadaqah, yang disebutkan dalam sebuah hadits merupakan sebuah burhan (bukti dan parameter ketinggian derajat keimanan seseorang). Dan tentu yang paling utama, bulan Ramadhan adalah syahrus shiyam (bulan puasa). Dan puasa, khususnya puasa Ramadhan, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an dan banyak hadits, merupakan salah satu ibadah yang menjadi sarana istimewa bagi penyucian jiwa untuk meraih puncak taqwa.
Nah, itulah antara lain gambaran tentang keistimewaan bulan suci Ramadhan, yang jika dimanfaatkan secara optimal dan maksimal oleh seorang mukmin, maka pasti – dengan taufiq Allah - akan menciptakan perubahan positif yang amat besar dan mendasar dalam diri dan kehidupannya. Dosa-dosanya terhapuskan. Hati dan jiwanya tersucikan. Kesalehan dirinya meningkat tajam. Dan ‘ijazah taqwa’ pun telah berhasil diraih dengan kesuksesan gemilang.
Maka, logislah jika seusai Ramadhan, sosok pribadi mukmin yang telah mengoptimalkan pemanfaatan Ramadhan ini, akan memiliki ‘imunitas’ spesial dan ‘kekebalan’ istimewa terhadap godaan, bisikan dan ajakan jahat syetan. Sehingga, dengan demikian, diapun tidak lagi mudah untuk digoda dan diajak-ajak ke jalan durhaka. Dan syetanpun dibuat ‘kecewa’ dan kecele karenanya!
Adapun orang-orang dzalim terhadap diri sendiri - semoga kita tidak termasuk di dalamnya - yang tidak mau memanfaatkan Ramadhan, maka Ramadhanpun tidak bisa memberikan pengaruh dan perubahan apapun dalam diri dan kehidupannya. Sehingga seusai Ramadhan, selepas dibelenggu dan dirantai selama sebulan penuh, tentu saja syetan akan sangat kangen untuk menggodanya kembali. Dan ternyata iapun malah disambut oleh para penganiaya diri sendiri tersebut dengan kehangatan dan kekangenan yang sama untuk digoda. Maka, jadilah pasca Ramadhan justru sebagai ajang kangen-kangenan antara mereka dengan syetan durjana. Na’udzu billah!
Sebagaimana telah kita ketahui, salah satu keistimewaan khusus bulan suci Ramadhan adalah bahwa, selama Ramadhan, syetan-syetan pengganggu dan penggoda dirantai, dibelenggu dan dinonaktifkan oleh Allah Ta’ala. Ini merupakan salah satu rahmat dan karunia teristimewa dari Allah kepada hamba-hamba-Nya, kaum mukminin, yang ingin meraih kemuliaan, kesempurnaan iman dan puncak taqwa yang merupakan salah satu tujuan utama dari ibadah puasa di bulan Ramadhan (QS Al-Baqarah : 183). Dan ini adalah momentum istimewa yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh setiap orang beriman untuk melakukan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) demi mencapai derajat keimanan, ketaqwaan dan kesalehan yang lebih tinggi.
Allah memang telah menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang paling kondusif bagi setiap orang beriman untuk menyucikan jiwanya dan menempa dirinya agar menjadi pribadi mukmin sejati. Berbagai faktor pendukung – untuk merealisasikan tujuan dan target tersebut – telah Allah sediakan dan berikan. Syetan-syetan pengganggu dan penggoda dinonaktifkan perannya dengan cara dirantai sekuat-kuatnya. Peluang-peluang kebaikan dan ketaatan dibuka selebar-lebarnya. Pintu-pintu kejahatan dan kemaksiatan disempitkan sesempit-sempitnya. Pahala-pahala amal dilipatgandakan sebanyak-banyaknya, sampai-sampai ada satu malam diantara malam-malam istimewa Ramadhan, yang disebut dengan lailatul qadr, yang keutamaan, fadhilah dan nilainya mengungguli seribu bulan (QS Al-Qadr : 1 – 5).
Ramadhan adalah bulan limpahan rahmat, curahan maghfirah (pengampunan) dan peluang khusus pembebasan diri dari api Neraka. Selama Ramadhan, doa-doa dikabulkan, munajat orang-orang beriman didengar oleh Allah Ta’ala. Taubat dan istighfar hamba-hamba pendosa diterima oleh Dzat Yang Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Maka, selama Ramadhan, dosa-dosa pun berguguran, kecuali bagi orang-orang pongah dan angkuh yang memang ‘tidak ingin’ dosa-dosanya digugurkan!
Ibadah-ibadah di bulan Ramadhan terasa demikian nikmat dan lezat. Maka semangat dan motivasi ibadah pun meningkat sangat mencolok, khususnya pada sepuluh malam terakhir. Dimana disunnahkan padanya ber-i’tikaf di masjid dengan berbagai rangkaian ibadah khususnya, sebagai salah satu upaya puncak menggapai taqwa! Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an. Maka ia merupakan momentum istimewa bagi upaya harmonisasi hubungan dan interaksi khusus dengan Kalamullah yang merupakan Nur dan Cahaya Penerang dalam jiwa, hati dan kehidupan kaum mukminin.
Ramadhan juga merupakan bulan infaq dan shadaqah, yang disebutkan dalam sebuah hadits merupakan sebuah burhan (bukti dan parameter ketinggian derajat keimanan seseorang). Dan tentu yang paling utama, bulan Ramadhan adalah syahrus shiyam (bulan puasa). Dan puasa, khususnya puasa Ramadhan, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an dan banyak hadits, merupakan salah satu ibadah yang menjadi sarana istimewa bagi penyucian jiwa untuk meraih puncak taqwa.
Nah, itulah antara lain gambaran tentang keistimewaan bulan suci Ramadhan, yang jika dimanfaatkan secara optimal dan maksimal oleh seorang mukmin, maka pasti – dengan taufiq Allah - akan menciptakan perubahan positif yang amat besar dan mendasar dalam diri dan kehidupannya. Dosa-dosanya terhapuskan. Hati dan jiwanya tersucikan. Kesalehan dirinya meningkat tajam. Dan ‘ijazah taqwa’ pun telah berhasil diraih dengan kesuksesan gemilang.
Maka, logislah jika seusai Ramadhan, sosok pribadi mukmin yang telah mengoptimalkan pemanfaatan Ramadhan ini, akan memiliki ‘imunitas’ spesial dan ‘kekebalan’ istimewa terhadap godaan, bisikan dan ajakan jahat syetan. Sehingga, dengan demikian, diapun tidak lagi mudah untuk digoda dan diajak-ajak ke jalan durhaka. Dan syetanpun dibuat ‘kecewa’ dan kecele karenanya!
Adapun orang-orang dzalim terhadap diri sendiri - semoga kita tidak termasuk di dalamnya - yang tidak mau memanfaatkan Ramadhan, maka Ramadhanpun tidak bisa memberikan pengaruh dan perubahan apapun dalam diri dan kehidupannya. Sehingga seusai Ramadhan, selepas dibelenggu dan dirantai selama sebulan penuh, tentu saja syetan akan sangat kangen untuk menggodanya kembali. Dan ternyata iapun malah disambut oleh para penganiaya diri sendiri tersebut dengan kehangatan dan kekangenan yang sama untuk digoda. Maka, jadilah pasca Ramadhan justru sebagai ajang kangen-kangenan antara mereka dengan syetan durjana. Na’udzu billah!
0 comments:
Posting Komentar