RAMADHAN DAN FIQIH MOMENTUM
(Bagian 1)
Ramadhan adalah salah satu
momentum teristimewa bagi setiap insan beriman, yang tidak boleh dilewatkan
begitu saja tanpa upaya khusus dalam mengoptimalkan pemanfaatannya, untuk
melejitkan derajat iman dan taqwa ke tingkat puncak dan jenjang tertinggi. Dimana
jika betul-betul diistimewakan dengan upaya-upaya istimewa dan dioptimalkan
pemanfaatannya dengan benar, seseorang akan bisa menggapai ketinggian derajat
keimanan yang tidak bisa digapainya dengan amal bertahun-tahun di hari-hari
biasa diluar Ramadhan. Disamping ia bisa menutup berbagai kekurangan dan
kelemahannya dalam amal dan ibadah selama ini. Dan tersedianya momentum
teristimewa seperti Ramadhan ini, adalah salah satu bagian terindah dari
keluasan rahmat Allah, yang tentu wajib disyukuri, ya dengan apalagi kalau
bukan dengan mengoptimalkan pemanfaatannya seoptimal-optimalnya.
Manusia adalah makhluk yang
sangat lemah dan terbatas kemampuannya. Termasuk dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah yang beriman dan taat. Sehingga
andai amal saleh setiap orang beriman itu ditimbang dan dinilai apa adanya
sesuai kadar amal itu sendiri, maka tidak akan ada seorangpun yang bisa selamat
dari neraka dan beruntung masuk surga, dengan hanya mengandalkan amal dan
ibadahnya saja. Kecuali jika Allah melimpahkan rahmat-Nya dan mencurahkan
karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki.
“Allah hendak memberikan
keringanan kepada kalian, dan manusia itu diciptakan bersifat lemah” (QS.
An-Nisaa’: 28).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: “قَارِبُوا وَسَدِّدُوا وَاعْلَمُوا أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ
بِعَمَلِهِ“، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْتَ؟ قَالَ: “وَلَا أَنَا إِلَّا
أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْل” (رواه مسلم).
”Dari Abu Hurairah berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Berusahalah secara optimal,
istiqamahlah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak seorang pun dari kalian
yang bisa selamat (dari ancaman siksa) hanya karena amalnya saja” Mereka
bertanya: “Tidak juga Engkau, wahai Rasulullah? beliau menjawab: “Ya, tidak
juga aku, kecuali bila Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadaku” (HR.
Muslim).
Adapun mengapa amal ibadah
seseorang tidak akan cukup untuk diandalkan bisa menyelamatkannya dari ancaman
siksa lalu untuk membawanya ke dalam surga, adalah karena tidak berimbangnya
antara amal-amal itu dan tujuan-tujuan yang harus dicapai dengannya. Yakni
amal-amal itu, jika dinilai apa adanya, tetap saja sangat sedikit sekali sehingga
sama sekali tidak sebanding dengan tujuan-tujuannya. Pertama, karena amal-amal
itu memanglah sangat sedikit, disebabkan faktor keterbatasan yang sangat
terbatas dan kelemahan yang sangat lemah pada diri manusia ciptaan Allah.
Dan
yang jelas, adalah karena setiap amal yang dilakukan oleh seorang hamba mukmin,
adalah dengan tujuan untuk mewujudkan minimal empat kebutuhan dan kepentingan
besarnya dalam hidup, di dunia dan di akhirat. Dimana sebenarnya untuk tujuan
memenuhi satu kebutuhan dan kepentingan saja, jika kita renungkan rasanya sudah
tidak cukup, apalagi untuk memenuhi keempat-empatnya semuanya sekaligus (?).
Dan keempat tujuan dan sasaran amal tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk memenuhi kewajiban
syukur atas beragam nikmat Allah atasnya yang tidak terhingga;
“Dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya.. Dan jika
kamu (hendak) menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat kufur (mengingkari nikmat
Allah)” (QS. Ibrahim: 34)..
“Dan jika kamu (hendak)
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. A-Nahl:
18).
Kedua, untuk tujuan sebagai
pengimbang dan sekaligus penghapus dosa-dosa yang mungkin juga tidak terhitung;
“(Ingatlah) hari (dimana) Allah
mengumpulkan kamu semua pada hari pengumpulan. Itulah hari dinampakkan
kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal
saleh, niscaya Allah akan menutupi (menghapuskan) kesalahan-kesalahannya dan
memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar” (QS. At-Taghaabun:
9).
“Dan dirikanlah shalat pada kedua
tepi waktu siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”
(HR. Huud: 114).
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: “اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ
تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ” (رواه الترمذي وأحمد).
Dari Abu Dzarr ia berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: “Bertakwalah
kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan
kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauililah manusia dengan akhlak
yang baik.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
Ketiga, untuk tujuan mendapatkan
penjagaan, perlindungan dan penyelamatan dari bermacam ragam potensi dan
ancaman keburukan atas dirinya, baik selama hidup di dunia, saat berada di alam
barzakh, maupun utamanya untuk bisa selamat dari ancaman siksa neraka di
akhirat kelak;
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَال:َ ” يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ
اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ
وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ” (رواه الترمذي، وقال: هذا حديث حسن صحيح).
Dari Ibnu Abbas berkata: Aku
pernah berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada suatu
hari, lalu beliau bersabda: “Hai ‘nak, sesungguhnya aku akan mengajarimu
beberapa kalimat; jagalah (syariah) Allah niscaya Ia pasti menjagamu, jagalah
Allah niscaya engkau mendapati-Nya dihadapanmu (sewaktu-waktu). Bila engkau
meminta, mintalah kepada Allah dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah” (HR. At-Tirmidzi, dan beliau berkata: Ini adalah
hadits hasan shahih).
“Dan apabila kamu membaca
Al-Qur’an, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman
kepada kehidupan Akhirat, suatu dinding yang tertutup (sebagai penghalang dan
pelindung)”. (QS Al-Isra’ : 45).
Dan keempat, untuk tujuan
menggapai rahmat, karunia dan pertolongan Allah dalam rangka memenuhi berbagai
kepentingan dan kemaslahatan yang dibutuhkannya selama hidup di dunia ini, saat
berada di alam kubur nanti, dan khususnya untuk memperoleh rahmat terbesar
berupa ridha-Nya, surga-Nya dan nikmat puncak bisa melihat Wajah-Nya!
“ …… barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar; dan memberinya rezeki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu; ……. dan barang siapa yang bertakwa kepada
Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” (QS.
Ath-Thalaaq: 2-4).
“Mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sarana sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk” (QS. Al-Baqarah: 45).
“Hai orang-orang yang beriman,
mintalah pertolongan (kepada Allah) melalui sarana sabar dan shalat.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 153).
“Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu kufur (mengingkari nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibraahiim: 7).
“Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka amalkan” (QS. An-Nahl: 97).
“Dan sampaikanlah berita gembira
kepada mereka yang beriman dan beramal saleh, bahwa bagi mereka disediakan
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. setiap mereka diberi
rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang
pernah diberikan kepada kami dahulu.” mereka diberi buah-buahan yang serupa dan
untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang disucikan dan mereka kekal di
dalamnya” (QS. Al-Baqarah: 25)
0 comments:
Posting Komentar